MASA PERKEMBANGAN
DEWASA DINI
A.
Definisi
Istilah adult berasal dari kata
kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere yang berarti
“tumbuh menjadi keandewasan” . akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “ telah turmbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau telah menjadi dewasa”. Oleh
karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerma kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang
dewasa lainnya.
B.
Pembagian
Masa dewasa
1.
Masa
dewasa dini
Masa
dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umuur 40 tahun. Saat
perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan
reproduktif.
2.
Masa
Dewasa Madya
Masa
dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun
pada umur 60 tahu, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan fisik
dan psikologis yang jelas nampakm pada setiap orang.
3.
Masa
dewasa lanjut ( usia lanjut)
Masa
dewasa lanjut – senescense, atau usia lanjut diimulai pada umur 60 tahun sampai
kematian. Pada waktu ini, baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat
menurun,tetapi teknik pengobatan madren, serta upaya dalam hal berpakaian dan
dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan
seperti kala mereka masih lebih muda.
C.
Ciri-ciri
Masa Dewasa Dini
1.
Masa
Dewasa Dini sebagai “Masa Pengaturan”
Pada generasi-generasi terdahulu
berada pandangan bahwa jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa
secara syah, hari-hari kebebasan meraka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk
menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Ni berarti bahwa pria muda mulai
membentuk bidang pekerjaan yang aan ditanganinya sebagai kariernya, sedangkan
wanita muda diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus
rumah tangga.
Sekali seseorang menemukan pola
hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan mengembangkan
pola-pola pperilaku sikap dan
nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya. Setiap
keharusan mengubah pola ini pada usia setengah baya atau usia lanjut akan sulit
dan dapat menimbulkan gangguan emosional. Tidak disangsingkan lagi, berbagai
ketidak puasan dan ketidak bahagiaan yang didapati seseorang pada usia ini
adalah akibat keputusan berumah tangga atau bekerja yang tergesa-gesa sebelum
menemukan suatu pola hidup yang memberikn kemungkinan-kemungkinan atau kepuasan
sepanjang hidup.
2.
Masa
Dewasa Dini sebagai “Usia Reproduktif”
Bagi orang yang cepat mempunyai
anak dan mempunyai keluarga besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada
tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini masa
reproduktif.
3.
Masa
Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah”
Dalam
tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang.
Ada banyak alasan mengapa penyesuaian diri terhadap masalah-masalah pada masa
dewasa begitu sulit. Tiga diantaranya khususnya bersifat umum sekali. Pertama,
sedikit sekali orang muda yang mempunyai persiapan untuk menghadapi jenis-jenis
masalah yang perlu diatasi sebagai orang dewasa.
Kedua,
mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan serempak biasanya menyebabkan kedua-duanya
kurang berhasil. Oleh sebab itu mencoba menyesuaikan diri pada dua peran secara
serempak juga tidak memberikan hasil yang baik dalam upaya penyesuaian diri.
Sulit bagi orang muda yang sedang menjadi dewasa untuk berhasil dalam memilih
karier sekaligus memilih pasangan hidup. Demikian pula, penyesuaian diri pada
kehidupan perkawinan dan peran sebagai orang tua biasanya mempersulit
penyesuaian diri terhadap pekerja jika mereka kawin waktu mereka sekolah.
Ketiga,
dan mungkin yang paling berat dari semuanya, orang-orang muda itu tidak
memperoleh bantuan dalam mengahadapi dan memecahkan masah-masalah mereka, tidak
seperti sewaktu mereka dianggap belum dewasa. Hal ini sebagian kesalahan mereka
sendiri dan sebagian orangtua serta guru mereka. Banyak orang dewasa muda yang
sangat membanggakan statusnya yang baru itu sehingga mereka segan untuk
mengakui bahwa mereka tidak siap menghadapi status itu. Oleh sebab itu, mereka
tidak meminta nasehat dan pertolongan untuk mengatasi masalah-masalah yang di
akibatkan oleh status baru in. Sebaliknya, banyak orangtua dan guru ragu-ragu
memberikan pertolongan karena orang-orang muda itu menolak saran-saran dan
pertolongan mereka dengan mengatakan bahwa mereka mampu mengatasi sendiri
masalah-maslah mereka. Orang tua dan guru baru membantu mereka apabila
jelas-kelas diminta. Itulah sebabnya, sebagaimana telah ditekankan sebelumnya,
mengapa perbendekan masa remaja dalam budaya Amerika telah membuat masa
transisi kedunia dewasa suatu masa yang benar-benar sulit.
4.
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Ketengangan Emosional
Sekitar
awal atau pertengahan umur tiga puluhan, kebanyakan orang muda telah mampu memecahkan
masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil dan tenang
secara emosional (22). Apabila emosi yang menggelora yang merupakan ciri
tahun-tahun awal kedewasaan masih t etap kuat pada usia tiga puluhan, maka hal
ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa
belum terlaksana secara memuaskan.
Apabila
ketegangan emosi terus berlanjut smapai usia tiga puluhan, hal itu umumnya
nampak dalam bentuk keresahan. Apa yang diresahkan orang-orang muda itu tergantung
dari masalah- masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi saat itu dan
berhasil tidaknya mereka dalam upaya penyelesaian itu. Khawatiran-kekhawatiran
utama mungkinterpusat pada pekerjaan mereka, karena mereka merasa bahwa mereka
tidak mengalami kemajuan secepat yang mereka harapkan, atau kekhawatiran mereka
mungkin terpusat pada masalah-masalah perkawinan atau peran sebagai orang tua.
Apabila seseorang merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam
kehidupan mereka, mereka sering sedemikian terganggu secara emosional, sehingga
mereka memikirkan atau mencoba untuk bunuh diri.
5.
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Keterasingan Sosial
Dengan
berakirnya pendidikann formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan
orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan
teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggan, dan barengan dengan
itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang.
Sebagai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang
populer pun, akanmengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut Erikson
sebagai “krisis keterasingan”
Keterasingan
diitensifikasikan dengan adanya semagat bersaiang dan hasrat kuat untuk maju
dalam karir dengan demikian keramahtamahan masa remaja diganti dengan
persaingan dalam masyarakat dewasa dan mereka juga harus mencurahkan sebagian
besar tenaga mereka untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina
hubngan-hubungan yang akrab. Akibatnya, mereka menjadi egosentris dan ini
tentunya menambah kesepian mereka.
6.
Masa
Dewasa Dini Masa Komitmen
Sewaktu
menjadi dewasa orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang
pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa mandiri,
maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggungjawab baru dan membuat
komitmen-komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup, tanggungjawab dan komitmen-
komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola- pola ini menjadi landasan
yang akan membentuk pola hidup, tanggungjawab dan komitmen-komitmen di kemudian
hari.
7.
Masa Dewasa Dini sering Merupakan Masa
Ketergantungan
Meskipun
telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini
memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang agak masih
tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang-orang lain selama jangka
waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga
pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau penuh atau pada pemerintah
karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendididkan mereka.
8.
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Perubahan Nilai
Ada
beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa dewasa dini,
diantaranya yang sangat umum adalah :
Pertama,
jika orang muda dewasa ingin diterima oleh anggota- anggota kelompok orang
dewasa, mereka harus menerima nilai-nilai kelompok ini, seperti juga sewaktu
kanak- kanak dan remaja mereka harus menerima nilai- nilai kelompok teman
sebaya. Banyak orang dewasa muda menyadari bahwa penampilan acak- acakkan dan
sikap suka memberontak terhadap aturan dan tata cara seperti pada waktu mereka
sekolah, harus diganti dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat
dewasa apabila mereka ingin diterima dalam kelompok-kelompok sosial dan ekonomi
orang dewasa.
Kedua,
orang- orang muda itu segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial
berpedoman pada nilai- nilai konvesional dalam hal keyakinan- keyakinan dan
perilaku seperti juga halnyan dalam hal penampilan. Meskipun kelompok remaja
mereka mungkin menggangap hubungan seks sebelum menikah sebagai perilaku yang
dapat diterima, pada umumnya masyarakat dewasa menolak pandangan semacam itu
dan menuntut hububgan pria - wanita yang lebih konvensional yang dilanjutkan
dengan perkawinan sah sebagai syarat untuk diterima dalam kelompok sosial.
Ketiga,
orang- orang muda yang menjadi bapak – ibu tidak hanya cenderung mengubah
nilai- nilai mereka lebih cepat daripada mereka yang tidak kawin atau tidak
punya anak, tetapi mereka juga bergeser pada nilai- nilai yang lebih
konservatif dan lebih tradisional. Biasanya nilai- nilai orang muda ini
bergeser dari egosentris kesosial. Anggota- anggota generasi “aku” yaitu mereka
yang terutama memikirkan kebahagian dan kepuasan diri sendiri lambat laun akan
mengembangkan kesadaran dan keterlibatan sosial apabila mereka sudah mengemban
tugas sebagai suami atau isteri dan orangtua.
9.
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru
Masa
dewasa dini merupakan periode yang paling banyak menghadapi perubahan. Dalam
masa dewas ini gaya- gaya hidup baru paling menonjol dibidang perkawinan dan
peran orangtua.
Diantara berbagai penyesuaian diri
yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah
penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat (
egalitarian) yang menggantikan pembedaan pola peran seks tradisional, serta
pola- pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, keluarga
berorangtua tunggal, dan berbagai pola baru ditempat pekerjaan khususnya pada
unit- unit kerja yang besar dan imporsenal dibidang bisnis dan industri.
10.
Masa
Dewasa Dini sebagai Masa Kreatif
Bentuk
kreatifitas yang akan terlihat sesudah ia dewasa akan tergantung pada minat dan
kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan-
kegiatan yang memberikan kepuasan- kepuasan sebesar- besarnya. Ada yang
menyalurkan kreatifitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkan melalui
pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.
D.
Tugas
Perkembangan Masa Dewasa Dini
Tugas-
tugas perkembangan masa dewasa dini dipusatkan pada harapan- harapan masyarakat
dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar
hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan
anak- anak, mengelolah sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai
warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.
Optimalisasi
perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal
menurut R.J. Havighurst (1953), telah mengemukakan rumusan tugas-tugas
perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut:
1.
Memilih
teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah
melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan
fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu
mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan
untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka akan
berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam
perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka
akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa
tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria
yang berbeda-beda.
2.
Belajar
hidup bersama dengan suami istri
Dari
pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing,
saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga.
Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat
pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak
dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
3.
Mulai
hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
Masa dewasa
yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang
yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut,
golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan
pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau
universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier
tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka
sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang
tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang
baru. Belajar mengasuh anak-anak.
4.
Mengelolah rumah tangga
Setelah
menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia akan
berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan
sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat
menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka
juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam
keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua
ataupun saudara-saudaranya yang lain.
5.
Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai
menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas,
umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya.
Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki,
serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok
dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat
kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan
jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai
dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan
latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak
{baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan
yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah
tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai
puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka
bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua)
untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik,
mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
6.
Mulai
bertangungjawab sebagai warga negara secara layak
Warga negara
yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan
bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara
yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini
diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat
kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke
luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak
kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan
masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan
(4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat
dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki
jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan
yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku
di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya
hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini,
yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari
atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut
dengan baik.
7.
Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan
nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa
awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan
nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai
dengan profesi dan keahlian.
E. Masalah
Perkembangan pada Dewasa Awal
Dengan
bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang menghampiri.
Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang
menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal
mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara
lain:
1. Penentuan
identitas diri ideal vs kekaburan identitas
Dewasa awal
merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang
harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan
mengalami kekaburan identitas.
2.
Kemandirian vs tidak mandiri
3. Sukses
meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan
karir.
4. Menikah
vs tidak menikah (lambat menikah)
5. Hubungan
sosial yang sehat vs menarik diri
Dalam
menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat
perkembanga. Penghambat yang menyukarkan
penguasaan tugas-tugas perkembangan pada dewasa awal yaitu:
1.
Latihan yang tidak berkesinambungan
(discontinuities); sebagai salah satu penghambat penguasaan tugas-tugas
perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar
dan latihan masa lalu.
2.
Perlindungan yang berlebihan (over
protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua yng pernah dialami
dalam masa kanak-kanak.
3.
Perpanjangan pengaruh-pengaruh
peer-group (prolongation of peer-group influences); Satu diantara
penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan.
Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa
awal.
4.
Inspirasi-inspirasi yang tidak
realistis (unrealistic aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa awal,
dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada
dewasa awal (yang baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan
dengan apa yang dapat dicapai.
F.
Bantuan Untuk Menguasai Tugas-
Tugas Perkembangan
1. Efesiensi Fisik
Puncak
efesiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan, sesudah
mana terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan. Dengan
demikian dalam periode penyesuaian,secara fisik orang mampu menghadapi dan
mengatasi masalah- masalah yang selain sukar juga paling banyak jumlahnya dalam
periode ini.
Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi kekuatan energi, ketekunan,
motivasi.
2. Kemampuan motorik
Orang-
orang muda mencapai puncak kekuatan antara usia dua puluhan dan tiga puluhan.
Kecepatan respon maksimall terdapat antara usia dua puluh lima tahun dan
sesudah itu kemampuan ini sedikit demi sedikit menurun. Dalam belajar menguasai
keterampilan- keterampilan maotorik yang baru orang- orang muda usia dua
puluhan lebih mampu daripada mereka yang mendekati usia setengah umur. Selain
itu orang- orang muda dapat mengandalkan kemampuan motorik ini dalam
situasi-situasi tertentu, hal mana tidak dapat mereka lakukan semasa remaja
karena pertumbuhan yang cepat dan tidak seimbang saat itu menyebabkan mereka
kurang luwes dan kaku.
3. Kemampuan Mental
Kemampuan
mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-
situasi baru, seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari,
penalaran analogis dan berfikir kreatif, mencapai puncaknya dalam usia dua
puluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun. Meskipun orang- orang muda ini
tidak belajar secepat dulu kualitasnya tidak merosot.
4. Motivasi
Apabila
remaja mencapai usia dewasa secara hukum mereka berkeinginan kuat untuk
dianggap sebagai orang- orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka.
Hal ini menjadi motivasi bagi orang- orang muda untuk menguasai tugas-tugas
perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap mandiri.
5. Model Peran
Remaja
yang bekerja setelah menamatkan sekolah lanjutan mempunyai model peran untuk
diteladani. Karena berinteraksi dengan orang dewasa mereka memperoleh motivasi
untuk mencontoh perilaku sesuai garis- garis yang di anut msyarakat dewasa,
agar mereka sendiri juga dianggap dewasa. Sebaliknya, remaja yang tetap
bersekolah atau kuliah sesudah mereka secara hukum dewasa masih berda dalam
lingkngan teman- teman sebaya mereka dan akan terus mengikuti garis- garis
perilaku remaja dan bukan pola perilaku dewasa. Jika mereka tetap dalam status
ketergantungan ini, mereka hampir tidak memperoleh kesempatan atau motivasi
untuk menguasaia tugas- tugas perkembangan orang dewasa.
G.
Perubahan
Minat pada Dewasa Dini
Kondisi-
kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa dewasa dini.
1.
Perubahan dalam kondisi
kesehatan
Menjelang
usia setengah baya, umumnya orang merasa bahwa kekuatan dan daya tahan nya
tidak lagi seperti semula. Oleh karena itu mereka bergeser pada minat-minat
yang tidak begitu memerlukan kekuatan dan daya tahan, terutama dalam rekreasi
mereka.
2.
Perubahan dalam status
ekonomi.
Apabila
status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup
hal hal yangn semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya , kalau status
ekonomi mengalami kemunduran karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang
kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.
3.
Perubahan dalam pola
kehidupan.
Orang
muda harus meninjau kembali minat- minat lama mereka dari segi waktu, tenaga ,
dana, dan persahabatana mereka untuk mengetahui apakah hal- hal ini sesuai
dengan pola- pola kehidupan mereka yang baru atau apakah hal- hal itu masih
memberikan kepuasan seperti dulu.
4.
Perubahan dalam nilai
Nilai
nilai baru yang diperoleh seseorang mempengaruhi minat yang sudah ada atau
dapat menumbuhkan minat baru.
5.
Perubahan dalam seks
Pola
kehidupan wanita dewasa sangat berbeda dengan kehidupan pria dewasa. Oleh sebab
itu perbedaan minat berdasarkan seks semakin besar dibandingkan dengan masa
remaja.
6.
Perubahan dari status
belum menikah ke status menikah
Karena
pola kehidupan yang berbeda, orang- orang yang tidak menikah mempunya minat
yang berbeda dari mereka yang menikah yang sama usianya.
7.
Menjadi orang tua
Pada
waktu orang- orang muda itu menjadi orangtua, mereka umumnya tidak mempunyai
waktu, uang atu tenaga untuk tetap melanjutkan minat mereka
8.
Perubahan kesenagan
Apa
yang disenangi sangat mempengaruhi minat seseorang dan akan menjadi lebih kuat
dengan bertambahnya usia dan ini menyebabkan minat yang mantap setelah ia
dewasa.
9.
Perubahn dalam tekanan-
tekanan budaya dan lingkungan
Pada
tiap tahapan umur, minat seseorang dipengaruhi oleh tekanan- tekanan dari kelompok sosialnya. Jika nilai- nilai
kelompok sosial berubah minat juga akan berubah.
Beberapa Minat pada Dewasa Dini
1.
Minat
Pribadi
Minat
pribadi selalu menangkut seseorang tertentu. Minat pribad yang kuat pada masa
remaja masih terbawasampai masa dewasa. Minat pribadi yang kuat dapat
menyebabkan seseorang bersifat egosentris. Namun dengan bertambahnya tugas dan
taggungjawab ditempat kerja, dirumah, atau pada masa orangtua, minat egosentris
biasanya sedikit demi sedikit berkurang dan minat sosial mulai berkembang.
2.
Minat
Agama
Faktor
yang mempengaruhi minat keagamaan pada masa dewasa dini, yaitu:
a.
Jenis kelamin
Wanita
cenderung lebih berminat pada agama daripada pria dan juga lebih banyak terlibat dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan
kelompok agama.
b.
Kelas sosial
Golongan
kelas menengah sebagai kelompok, lebih tertarik agama dibandingkan dengan
golongan kelas yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.
Orang
lebih banyak ambil bagian pada kegiatan gereja misalnya, dan banyak yang duduk
dalam kepengurusan organisasi keagamaan. Orang-orang dewasa yang ingin
terpandang dalam masyarakat lebih giat dalam organisasi-organisasi keagamaan
dibandingkan dengan orang-orang yang sudah puas dengan status mereka.
c.
Lokasi tempat tinggal
Orang-orang
dewasa yang tinggal di pedesaan dan dipinggir kota menunjukan minat yang labih
besar pada agama daripada orang yang tinggal d kota.
d.
Latar belakang keluarga
Orang
dewasa yang dibesarkan dalam keluarga yang erat beragama dan menjadi anggota
suatu gereja cenderung lebih tertarik pada agama daripada orang yang dibesarkan
dalam keluarga yang kurang peduli pada agama.
e.
Minar religius
teman-teman
Orang
dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga-tetangga dan
teman-temannya aktif dalam organisasi keagamaan daripada teman-temannya yang
kurang peduli.
f.
Pasangan dan iman yang
berbeda
Pasangan
yang berbeda agama cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada suami
istri yang menganut agama yang sama.
g.
Kecemasan akan kematian
Orang
dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan hal kematian
cenderung lebih memeperhatikan agama daripada yang bersikap lebih realistik.
h.
Pola kepribadian
Semakin
otoriter pola kepribadian seseorang semakin banyak perhtiannya pada agama dan
semakin kaku sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang yang
memiliki pribadi yang berpandangan, imbang, lues terhadap agama-agama lain dan
biasanya lebi aktif dalam kegiatan agamanya.
3.
Minat
rekreasi
Faktor-Faktor
yang mempengaruhi rekreasi orang dewasa.
a.
Kesehatan
b.
Waktu
c.
Status Perkawinansial
d.
Status Sosial Ekonomi
e.
Jenis Kelamin
f.
Penerimaan Sosial
4.
Minat
Sosial
Hiburan-hiburan
yang populer dikalangan orang-orang dewasa muda
a.
Membaca
b.
Mendengarkan Musik
c.
Film
d.
Radio
e.
Televisi
Faktor
yang mempengaruhi partisipasi sosial pada masa dewasa dini, yaitu:
a.
Mobilitas sosial
b.
Status Soaila Ekonomi
c.
Lamanya tinggal dalan
suatu kelompok masyarakat
d.
Kelas Sosial
e.
Lingkungan
f.
Jenis Kelamin
g.
Umur Kematangan Sosial
h.
Urutan Kelahiran
i.
Keanggotaan Keagamaan
H.
Mobilitas
Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Mobilitas
sosial berarti berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial yang
lain. Ini bisa terjadi secara horisontal, yaitu berpindah ke kelompok sosial
lain pada tingkat yang sama, atau secara
vertikal, yaitu berpindah pada kelompok sosial yang lebih tinggi atau lebih
rendah.
Kondisi-kondisi
yang memudahkan peningkatan mobilitas sosial
a.
Tingkat pendidikan yang
tinggi, yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang
akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalani hubungan dengan
orang-orang yang statusnya lebih tinggi.
b.
Kawin dengan orang yang
statusnya lebih tinggi.
c.
Hubungan keluarga yang
membantu sebagai “katrolan” dibidang pekerjaan.
d.
Penerimaan dan penerapan
kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi.
e.
Uang dari warisan atau
hasil jeripayah sendiri yang dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih
bagus di lingkungan yang lebih baik serta harta kekayaan yang lain yang dapat
menyatakan status yang tinggi.
f.
Peran serta aktif dalam
kegiatan-kegiatan masyarakat dari golongan atas.
g.
Lulusan perguruan
tinggi yang ternama.
h.
Keanggotaan salah satu
perkumpulan eksklusif.
I.
Penyesuaian
Peran Seks pada Dewasa Dini
Konsep
peran seks dewasa dini yaitu:
a.
Konsep Tradisional
Konsep
peran seks tradisional menekankan suatu pola perilaku tertentu yang tidak
memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peran-peran ini menekankan
superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi
kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap pekerjaan wanita.
·
Pria
Diluar
rumah pria menduduki posisi yang berwenang dan berprestise dalam masyarakat dan
dunia bisnis. Di rumah ia pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat, dan
tokoh yang mendisiplinkan anak-anak dan model maskulinitas bagi putra-putranya.
·
Wanita
Baik
di rumah maupun di luar, peran wanita berorientasi pada orang lain. Maksudnya,
wanita mendapatkan kepuasan lewat pengabdian pada orang lain. Ia tidak
diharapkan bekerja di luar rumah, kecuali bilamana keadaan finansial
memaksanya, dan apabila ini terjadi ia melakukan pekerjaan di bidang pelayanan
seperti sebagai perawat, guru, atau sekretaris.
b.
Konsep Egaliterian
Konsep-konsep
egaliterian atau persaan derajat menekankan individualitas dan persamaan
derajat antara pria dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan rasa kepuasan
pribadi dan seharusny tidak dinyatakan cocok hanya bagi satu jenis kelmin
tertentu saja.
·
Pria
Di
rumah maupun di luarnya pria bekerja sama dengan wanita sebagai rekan. Ia tidak
merasa dijajh istri apabila ia memprlakukan istrinya sebagai rekan yang
sederajat. Brgitu pula ia tidak merasa malu jika istrinya mempunyai pekerjaan
yang berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.
·
Wanita
Di
rumah maupun di luarnya wanita mendapat kesempatan mengaktualisasikan
potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan kemampuannya dan
pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah
orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak.
J.
Bahaya
Personal dan Sosial pada Masa Dewasa Dini
Berbagai
bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal dari
kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang
penting pada usia tersebut yang mengakibatkan seorang individu tampak belum
matang dibanding dengan orang dewasa muda lainnya.
Beberapa
macam bahaya yang dapa terjadi pada dewasa dini, yaitu:
1.
Bahaya
Fisik
Badan
yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat diembuhkan atau ditutup-tutupi
sama berbahayanya bagi penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa
dini seperti, pada masa kanak-kanak dan remaja. Orang dewasa yang mempunyai
hambatan fisik karena kesehatannya buruk tidak dapat mencapai keberhasilan
maksimum mereka dalam pekerjaan atau pergaulan sosial. Sebagai akibatnya,
mereka selalu frustasi, makin sering mereka melihat orang yang sebenarnya
berpotensi kurang dari mereka berhasil. Apabila rasa frustasi mendorong mereka
untuk berusaha terlalu keras dalam persaingan dengan teman seusia yang tidak
mempunyai hambatan fisik, maka lambat laun mereka akan mengalami ketegangan
mental yang kelak akan mendatangkan serangan jantung.
2.
Bahaya
Sosial
Banyak
anak dewasa muda menemui bahaya-bahaya
dalam usaha mereka untu menyesuaiakan diri dengan kelompok sosial mereka. Tiga
hambatan umum sekali dan sulit diatasi secara tuntas.
Pertama,
orang mudah mengalami kesulitan untuk bergabung dengan satu kelompok sosial yang
cocok menjadi bagian dari kelompok merupakan salah satu tugas pengembangan masa
dewasa dini yang penting.
Kedua,
yang mengganggu penyesuaian diri yang baik dengan kehidupan sosial adalah rasa
tidak puas denga peran yang harus dimainkannya untuk memenuhi harapan kelompok.
Ketiga,
dalam proses penyesuaian sosial adalah faktor mobilitas sosial. Orang yang
bermobilitas sosial tinggi menghadapi jauh lebih banyak dilema dibandingkan
mereka yang bermobilitas relatif rendah, karena mereka harus menyesuaikan diri
dengan berbagai kelompok sosial baru yang memiliki nilai-nilai dan standar
perilaku.
3.
Bahaya
Peran Seks
Dengan
adanya pertentangan mengenai peran seks yang di restui dewasa ini, maka baik
konsep tradisional maupun konsep egaliterian mengandung resiko. Konsep peran
seks tradisional mempunya pengaruh yang sangat besar pada penyesuaian diri
orang muda. Contohnya, seorang pria mungkin akan melakukan berbagai macam upaya
untuk membuktikan pada dirinya sendiri dan orang lain bahwa ia benar-benar
maskulin. Salah satu caranya, mungkin ia menguras tenaganya dan mengabaikan
tanda-tanda bahaya bahwa kesehatannya menurun, karena ia yakin bahwa tidaklah
jantan untuk mengkhawatirkan kesehatan atau dia mungkin kurang menghargai
sifat-sifat kewanitaan hingga lama kelamaan ia selalu ingin menunjukan
superioritasnya dalam hubungannya dengan wanita.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B., PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, Jakarta : Erlangga edisi kelima Kamus besar bahasa Indonesia, 2002 : 1118
Hurlock, Elizabeth B., PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, Jakarta : Erlangga edisi kelima Kamus besar bahasa Indonesia, 2002 : 1118
Tidak ada komentar:
Posting Komentar