Selasa, 10 September 2013

Psikologi Perkembangan (Dewasi Dini)

MASA PERKEMBANGAN
DEWASA DINI

A.      Definisi
Istilah adult berasal dari kata kerja latin, seperti juga istilah adolescene-adolescere yang berarti “tumbuh menjadi keandewasan” . akan tetapi, kata adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “ telah turmbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna” atau telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerma kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

B.       Pembagian Masa dewasa
1.      Masa dewasa dini
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umuur 40 tahun. Saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
2.      Masa Dewasa Madya
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun  pada umur 60 tahu, yakni saat baik menurunnya kemampuan fisik dan fisik dan psikologis yang jelas nampakm pada setiap orang.
3.      Masa dewasa lanjut ( usia lanjut)
Masa dewasa lanjut – senescense, atau usia lanjut diimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini, baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun,tetapi teknik pengobatan madren, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.


C.      Ciri-ciri Masa Dewasa Dini
1.    Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Pengaturan”
Pada generasi-generasi terdahulu berada pandangan bahwa jika anak laki-laki dan wanita mencapai usia dewasa secara syah, hari-hari kebebasan meraka telah berakhir dan saatnya telah tiba untuk menerima tanggung jawab sebagai orang dewasa. Ni berarti bahwa pria muda mulai membentuk bidang pekerjaan yang aan ditanganinya sebagai kariernya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggung jawab sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
Sekali seseorang menemukan pola hidup yang diyakini dapat memenuhi kebutuhannya, ia akan mengembangkan pola-pola pperilaku sikap  dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya. Setiap keharusan mengubah pola ini pada usia setengah baya atau usia lanjut akan sulit dan dapat menimbulkan gangguan emosional. Tidak disangsingkan lagi, berbagai ketidak puasan dan ketidak bahagiaan yang didapati seseorang pada usia ini adalah akibat keputusan berumah tangga atau bekerja yang tergesa-gesa sebelum menemukan suatu pola hidup yang memberikn kemungkinan-kemungkinan atau kepuasan sepanjang hidup.
2.    Masa Dewasa Dini sebagai  “Usia Reproduktif”
Bagi orang yang cepat mempunyai anak dan mempunyai keluarga besar pada awal masa dewasa atau bahkan pada tahun-tahun terakhir masa remaja kemungkinan seluruh masa dewasa dini masa reproduktif.
3.    Masa Dewasa Dini sebagai “Masa Bermasalah”
            Dalam tahun-tahun awal masa dewasa banyak masalah baru yang harus dihadapi seseorang. Ada banyak alasan mengapa penyesuaian diri terhadap masalah-masalah pada masa dewasa begitu sulit. Tiga diantaranya khususnya bersifat umum sekali. Pertama, sedikit sekali orang muda yang mempunyai persiapan untuk menghadapi jenis-jenis masalah yang perlu diatasi sebagai orang dewasa.
            Kedua, mencoba menguasai dua atau lebih keterampilan serempak biasanya menyebabkan kedua-duanya kurang berhasil. Oleh sebab itu mencoba menyesuaikan diri pada dua peran secara serempak juga tidak memberikan hasil yang baik dalam upaya penyesuaian diri. Sulit bagi orang muda yang sedang menjadi dewasa untuk berhasil dalam memilih karier sekaligus memilih pasangan hidup. Demikian pula, penyesuaian diri pada kehidupan perkawinan dan peran sebagai orang tua biasanya mempersulit penyesuaian diri terhadap pekerja jika mereka kawin waktu mereka sekolah.
            Ketiga, dan mungkin yang paling berat dari semuanya, orang-orang muda itu tidak memperoleh bantuan dalam mengahadapi dan memecahkan masah-masalah mereka, tidak seperti sewaktu mereka dianggap belum dewasa. Hal ini sebagian kesalahan mereka sendiri dan sebagian orangtua serta guru mereka. Banyak orang dewasa muda yang sangat membanggakan statusnya yang baru itu sehingga mereka segan untuk mengakui bahwa mereka tidak siap menghadapi status itu. Oleh sebab itu, mereka tidak meminta nasehat dan pertolongan untuk mengatasi masalah-masalah yang di akibatkan oleh status baru in. Sebaliknya, banyak orangtua dan guru ragu-ragu memberikan pertolongan karena orang-orang muda itu menolak saran-saran dan pertolongan mereka dengan mengatakan bahwa mereka mampu mengatasi sendiri masalah-maslah mereka. Orang tua dan guru baru membantu mereka apabila jelas-kelas diminta. Itulah sebabnya, sebagaimana telah ditekankan sebelumnya, mengapa perbendekan masa remaja dalam budaya Amerika telah membuat masa transisi kedunia dewasa suatu masa yang benar-benar sulit.
4.    Masa Dewasa Dini sebagai Masa Ketengangan Emosional
            Sekitar awal atau pertengahan umur tiga puluhan, kebanyakan orang muda telah mampu memecahkan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi stabil dan tenang secara emosional (22). Apabila emosi yang menggelora yang merupakan ciri tahun-tahun awal kedewasaan masih t etap kuat pada usia tiga puluhan, maka hal ini merupakan tanda bahwa penyesuaian diri pada kehidupan orang-orang dewasa belum terlaksana secara memuaskan.
            Apabila ketegangan emosi terus berlanjut smapai usia tiga puluhan, hal itu umumnya nampak dalam bentuk keresahan. Apa yang diresahkan orang-orang muda itu tergantung dari masalah- masalah penyesuaian diri yang harus dihadapi saat itu dan berhasil tidaknya mereka dalam upaya penyelesaian itu. Khawatiran-kekhawatiran utama mungkinterpusat pada pekerjaan mereka, karena mereka merasa bahwa mereka tidak mengalami kemajuan secepat yang mereka harapkan, atau kekhawatiran mereka mungkin terpusat pada masalah-masalah perkawinan atau peran sebagai orang tua. Apabila seseorang merasa tidak mampu mengatasi masalah-masalah utama dalam kehidupan mereka, mereka sering sedemikian terganggu secara emosional, sehingga mereka memikirkan atau mencoba untuk bunuh diri.

5.    Masa Dewasa Dini sebagai Masa Keterasingan Sosial
            Dengan berakirnya pendidikann formal dan terjunnya seseorang kedalam pola kehidupan orang dewasa, yaitu karier, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan teman-teman kelompok sebaya masa remaja menjadi renggan, dan barengan dengan itu keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebagai akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populer pun, akanmengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut Erikson sebagai “krisis keterasingan”
            Keterasingan diitensifikasikan dengan adanya semagat bersaiang dan hasrat kuat untuk maju dalam karir dengan demikian keramahtamahan masa remaja diganti dengan persaingan dalam masyarakat dewasa dan mereka juga harus mencurahkan sebagian besar tenaga mereka untuk sosialisasi yang diperlukan untuk membina hubngan-hubungan yang akrab. Akibatnya, mereka menjadi egosentris dan ini tentunya menambah kesepian mereka.
6.    Masa Dewasa Dini Masa Komitmen
            Sewaktu menjadi dewasa orang-orang muda mengalami perubahan tanggungjawab dari seorang pelajar yang sepenuhnya tergantung pada orangtua menjadi orang dewasa mandiri, maka mereka menentukan pola hidup baru, memikul tanggungjawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru. Meskipun pola-pola hidup, tanggungjawab dan komitmen- komitmen baru ini mungkin akan berubah juga, pola- pola ini menjadi landasan yang akan membentuk pola hidup, tanggungjawab dan komitmen-komitmen di kemudian hari.
7.     Masa Dewasa Dini sering Merupakan Masa Ketergantungan
            Meskipun telah resmi mencapai status dewasa pada usia 18 tahun, dan status ini memberikan kebebasan untuk mandiri, banyak orang muda yang agak masih tergantung atau bahkan sangat tergantung pada orang-orang lain selama jangka waktu yang berbeda-beda. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau penuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendididkan mereka.
8.    Masa Dewasa Dini sebagai Masa Perubahan Nilai
            Ada beberapa alasan yang menyebabkan perubahan nilai pada masa dewasa dini, diantaranya yang sangat umum adalah :
            Pertama, jika orang muda dewasa ingin diterima oleh anggota- anggota kelompok orang dewasa, mereka harus menerima nilai-nilai kelompok ini, seperti juga sewaktu kanak- kanak dan remaja mereka harus menerima nilai- nilai kelompok teman sebaya. Banyak orang dewasa muda menyadari bahwa penampilan acak- acakkan dan sikap suka memberontak terhadap aturan dan tata cara seperti pada waktu mereka sekolah, harus diganti dengan tingkah laku yang dapat diterima oleh masyarakat dewasa apabila mereka ingin diterima dalam kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang dewasa.
            Kedua, orang- orang muda itu segera menyadari bahwa kebanyakan kelompok sosial berpedoman pada nilai- nilai konvesional dalam hal keyakinan- keyakinan dan perilaku seperti juga halnyan dalam hal penampilan. Meskipun kelompok remaja mereka mungkin menggangap hubungan seks sebelum menikah sebagai perilaku yang dapat diterima, pada umumnya masyarakat dewasa menolak pandangan semacam itu dan menuntut hububgan pria - wanita yang lebih konvensional yang dilanjutkan dengan perkawinan sah sebagai syarat untuk diterima dalam kelompok sosial.
            Ketiga, orang- orang muda yang menjadi bapak – ibu tidak hanya cenderung mengubah nilai- nilai mereka lebih cepat daripada mereka yang tidak kawin atau tidak punya anak, tetapi mereka juga bergeser pada nilai- nilai yang lebih konservatif dan lebih tradisional. Biasanya nilai- nilai orang muda ini bergeser dari egosentris kesosial. Anggota- anggota generasi “aku” yaitu mereka yang terutama memikirkan kebahagian dan kepuasan diri sendiri lambat laun akan mengembangkan kesadaran dan keterlibatan sosial apabila mereka sudah mengemban tugas sebagai suami atau isteri dan orangtua.
9.    Masa Dewasa Dini sebagai Masa Penyesuaian Diri dengan Cara Hidup Baru
            Masa dewasa dini merupakan periode yang paling banyak menghadapi perubahan. Dalam masa dewas ini gaya- gaya hidup baru paling menonjol dibidang perkawinan dan peran orangtua.
Diantara berbagai penyesuaian diri yang harus dilakukan orang muda terhadap gaya hidup baru, yang paling umum adalah penyesuaian diri pada pola peran seks atas dasar persamaan derajat ( egalitarian) yang menggantikan pembedaan pola peran seks tradisional, serta pola- pola baru bagi kehidupan keluarga, termasuk perceraian, keluarga berorangtua tunggal, dan berbagai pola baru ditempat pekerjaan khususnya pada unit- unit kerja yang besar dan imporsenal dibidang bisnis dan industri.

10.     Masa Dewasa Dini sebagai Masa Kreatif
            Bentuk kreatifitas yang akan terlihat sesudah ia dewasa akan tergantung pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan kegiatan- kegiatan yang memberikan kepuasan- kepuasan sebesar- besarnya. Ada yang menyalurkan kreatifitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkan melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.


D.      Tugas Perkembangan Masa Dewasa Dini
Tugas- tugas perkembangan masa dewasa dini dipusatkan pada harapan- harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan suatu pekerjaan, memilih seorang teman hidup, belajar hidup bersama dengan suami atau isteri membentuk suatu keluarga, membesarkan anak- anak, mengelolah sebuah rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai warga negara dan bergabung dalam suatu kelompok sosial yang cocok.
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953), telah mengemukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut:

1.      Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

2.      Belajar hidup bersama dengan suami istri
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
3.      Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me­nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.

4.       Mengelolah rumah tangga
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.

5.       Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber­upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya.
6.      Mulai bertangungjawab sebagai warga negara secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.

7.       Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.

E.       Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu antara lain:
1. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas
Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu akan mengalami kekaburan identitas.
2. Kemandirian vs tidak mandiri
3. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan dan karir.
4. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
5. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri
Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi penghambat perkembanga. Penghambat yang menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan pada dewasa awal yaitu:
1.    Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah satu penghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa lalu.
2.    Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola asuh orangtua yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak.
3.    Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group influences); Satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai tugas-tugas perkembangan. Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok khusus bagi perkembangan dewasa awal.
4.    Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukaran-kesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak realistis dalam benak pada dewasa awal (yang baru meninggalkan masa remaja) tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat dicapai.


F.   Bantuan Untuk Menguasai Tugas- Tugas Perkembangan
1.      Efesiensi Fisik
Puncak efesiensi fisik biasanya dicapai pada usia pertengahan dua puluhan, sesudah mana terjadi penurunan lambat laun hingga awal usia empat puluhan. Dengan demikian dalam periode penyesuaian,secara fisik orang mampu menghadapi dan mengatasi masalah- masalah yang selain sukar juga paling banyak jumlahnya dalam periode ini.
Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi kekuatan energi, ketekunan, motivasi.

2.      Kemampuan motorik
Orang- orang muda mencapai puncak kekuatan antara usia dua puluhan dan tiga puluhan. Kecepatan respon maksimall terdapat antara usia dua puluh lima tahun dan sesudah itu kemampuan ini sedikit demi sedikit menurun. Dalam belajar menguasai keterampilan- keterampilan maotorik yang baru orang- orang muda usia dua puluhan lebih mampu daripada mereka yang mendekati usia setengah umur. Selain itu orang- orang muda dapat mengandalkan kemampuan motorik ini dalam situasi-situasi tertentu, hal mana tidak dapat mereka lakukan semasa remaja karena pertumbuhan yang cepat dan tidak seimbang saat itu menyebabkan mereka kurang luwes dan kaku.

3.      Kemampuan Mental
Kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi- situasi baru, seperti misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis dan berfikir kreatif, mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun. Meskipun orang- orang muda ini tidak belajar secepat dulu kualitasnya tidak merosot.

4.      Motivasi
Apabila remaja mencapai usia dewasa secara hukum mereka berkeinginan kuat untuk dianggap sebagai orang- orang dewasa yang mandiri oleh kelompok sosial mereka. Hal ini menjadi motivasi bagi orang- orang muda untuk menguasai tugas-tugas perkembangan yang diperlukan agar dapat dianggap mandiri.

5.      Model Peran
Remaja yang bekerja setelah menamatkan sekolah lanjutan mempunyai model peran untuk diteladani. Karena berinteraksi dengan orang dewasa mereka memperoleh motivasi untuk mencontoh perilaku sesuai garis- garis yang di anut msyarakat dewasa, agar mereka sendiri juga dianggap dewasa. Sebaliknya, remaja yang tetap bersekolah atau kuliah sesudah mereka secara hukum dewasa masih berda dalam lingkngan teman- teman sebaya mereka dan akan terus mengikuti garis- garis perilaku remaja dan bukan pola perilaku dewasa. Jika mereka tetap dalam status ketergantungan ini, mereka hampir tidak memperoleh kesempatan atau motivasi untuk menguasaia tugas- tugas perkembangan orang dewasa.



G. Perubahan Minat pada Dewasa Dini
Kondisi- kondisi yang mempengaruhi perubahan minat pada masa dewasa dini.
1.      Perubahan dalam kondisi kesehatan
Menjelang usia setengah baya, umumnya orang merasa bahwa kekuatan dan daya tahan nya tidak lagi seperti semula. Oleh karena itu mereka bergeser pada minat-minat yang tidak begitu memerlukan kekuatan dan daya tahan, terutama dalam rekreasi mereka.
2.      Perubahan dalam status ekonomi.
Apabila status ekonomi membaik, orang cenderung memperluas minat mereka untuk mencakup hal hal yangn semula belum mampu mereka laksanakan. Sebaliknya , kalau status ekonomi mengalami kemunduran karena tanggungjawab keluarga atau usaha yang kurang maju, maka orang cenderung untuk mempersempit minat mereka.
3.      Perubahan dalam pola kehidupan.
Orang muda harus meninjau kembali minat- minat lama mereka dari segi waktu, tenaga , dana, dan persahabatana mereka untuk mengetahui apakah hal- hal ini sesuai dengan pola- pola kehidupan mereka yang baru atau apakah hal- hal itu masih memberikan kepuasan seperti dulu.
4.      Perubahan dalam nilai
Nilai nilai baru yang diperoleh seseorang mempengaruhi minat yang sudah ada atau dapat menumbuhkan minat baru.
5.      Perubahan dalam seks
Pola kehidupan wanita dewasa sangat berbeda dengan kehidupan pria dewasa. Oleh sebab itu perbedaan minat berdasarkan seks semakin besar dibandingkan dengan masa remaja.
6.      Perubahan dari status belum menikah ke status menikah
Karena pola kehidupan yang berbeda, orang- orang yang tidak menikah mempunya minat yang berbeda dari mereka yang menikah yang sama usianya.
7.      Menjadi orang tua
Pada waktu orang- orang muda itu menjadi orangtua, mereka umumnya tidak mempunyai waktu, uang atu tenaga untuk tetap melanjutkan minat mereka
8.      Perubahan kesenagan
Apa yang disenangi sangat mempengaruhi minat seseorang dan akan menjadi lebih kuat dengan bertambahnya usia dan ini menyebabkan minat yang mantap setelah ia dewasa.
9.      Perubahn dalam tekanan- tekanan budaya dan lingkungan
Pada tiap tahapan umur, minat seseorang dipengaruhi oleh tekanan- tekanan  dari kelompok sosialnya. Jika nilai- nilai kelompok sosial berubah minat juga akan berubah.

Beberapa Minat pada Dewasa Dini
1.        Minat Pribadi
Minat pribadi selalu menangkut seseorang tertentu. Minat pribad yang kuat pada masa remaja masih terbawasampai masa dewasa. Minat pribadi yang kuat dapat menyebabkan seseorang bersifat egosentris. Namun dengan bertambahnya tugas dan taggungjawab ditempat kerja, dirumah, atau pada masa orangtua, minat egosentris biasanya sedikit demi sedikit berkurang dan minat sosial mulai berkembang.
2.        Minat Agama
Faktor yang mempengaruhi minat keagamaan pada masa dewasa dini, yaitu:
a.    Jenis kelamin
Wanita cenderung lebih berminat pada agama daripada pria dan juga lebih banyak  terlibat dalam ibadah dan kegiatan-kegiatan kelompok agama.
b.    Kelas sosial
Golongan kelas menengah sebagai kelompok, lebih tertarik agama dibandingkan dengan golongan kelas yang lebih tinggi atau yang lebih rendah.
Orang lebih banyak ambil bagian pada kegiatan gereja misalnya, dan banyak yang duduk dalam kepengurusan organisasi keagamaan. Orang-orang dewasa yang ingin terpandang dalam masyarakat lebih giat dalam organisasi-organisasi keagamaan dibandingkan dengan orang-orang yang sudah puas dengan status mereka.
c.    Lokasi tempat tinggal
Orang-orang dewasa yang tinggal di pedesaan dan dipinggir kota menunjukan minat yang labih besar pada agama daripada orang yang tinggal d kota.
d.   Latar belakang keluarga
Orang dewasa yang dibesarkan dalam keluarga yang erat beragama dan menjadi anggota suatu gereja cenderung lebih tertarik pada agama daripada orang yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang peduli pada agama.
e.    Minar religius teman-teman
Orang dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetangga-tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi keagamaan daripada teman-temannya yang kurang peduli.
f.     Pasangan dan iman yang berbeda
Pasangan yang berbeda agama cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada suami istri yang menganut agama yang sama.
g.    Kecemasan akan kematian
Orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih memeperhatikan agama daripada yang bersikap lebih realistik.
h.    Pola kepribadian
Semakin otoriter pola kepribadian seseorang semakin banyak perhtiannya pada agama dan semakin kaku sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang yang memiliki pribadi yang berpandangan, imbang, lues terhadap agama-agama lain dan biasanya lebi aktif dalam kegiatan agamanya.
3.        Minat rekreasi
Faktor-Faktor yang mempengaruhi rekreasi orang dewasa.
a.    Kesehatan
b.    Waktu
c.    Status Perkawinansial
d.   Status Sosial Ekonomi
e.    Jenis Kelamin
f.     Penerimaan Sosial
4.        Minat Sosial
Hiburan-hiburan yang populer dikalangan orang-orang dewasa muda
a.    Membaca
b.    Mendengarkan Musik
c.    Film
d.   Radio
e.    Televisi
            Faktor yang mempengaruhi partisipasi sosial pada masa dewasa dini, yaitu:
a.    Mobilitas sosial
b.    Status Soaila Ekonomi
c.    Lamanya tinggal dalan suatu kelompok masyarakat
d.   Kelas Sosial
e.    Lingkungan
f.     Jenis Kelamin
g.    Umur Kematangan Sosial
h.    Urutan Kelahiran
i.      Keanggotaan Keagamaan

H.    Mobilitas Sosial Pada Masa Dewasa Dini
Mobilitas sosial berarti berpindah dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial yang lain. Ini bisa terjadi secara horisontal, yaitu berpindah ke kelompok sosial lain pada tingkat yang sama,  atau secara vertikal, yaitu berpindah pada kelompok sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Kondisi-kondisi yang memudahkan peningkatan mobilitas sosial
a.    Tingkat pendidikan yang tinggi, yang menjadi dasar keberhasilan dalam bisnis atau bidang profesi, yang akan membuka jalan bagi individu bersangkutan untuk menjalani hubungan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi.
b.    Kawin dengan orang yang statusnya lebih tinggi.
c.    Hubungan keluarga yang membantu sebagai “katrolan” dibidang pekerjaan.
d.   Penerimaan dan penerapan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu kelompok yang berstatus lebih tinggi.
e.    Uang dari warisan atau hasil jeripayah sendiri yang dapat digunakan untuk membeli rumah yang lebih bagus di lingkungan yang lebih baik serta harta kekayaan yang lain yang dapat menyatakan status yang tinggi.
f.     Peran serta aktif dalam kegiatan-kegiatan masyarakat dari golongan atas.
g.    Lulusan perguruan tinggi yang ternama.
h.    Keanggotaan salah satu perkumpulan eksklusif.


I.       Penyesuaian Peran Seks pada Dewasa Dini
Konsep peran seks dewasa dini yaitu:
a.    Konsep Tradisional
Konsep peran seks tradisional menekankan suatu pola perilaku tertentu yang tidak memperhitungkan minat dan kemampuan individual. Peran-peran ini menekankan superioritas maskulin dan tidak dapat mentolerir setiap sifat yang memberi kesan kewanitaan atau pekerjaan yang dianggap pekerjaan wanita.
·      Pria
Diluar rumah pria menduduki posisi yang berwenang dan berprestise dalam masyarakat dan dunia bisnis. Di rumah ia pencari nafkah, pembuat keputusan, penasehat, dan tokoh yang mendisiplinkan anak-anak dan model maskulinitas bagi putra-putranya.
·      Wanita
Baik di rumah maupun di luar, peran wanita berorientasi pada orang lain. Maksudnya, wanita mendapatkan kepuasan lewat pengabdian pada orang lain. Ia tidak diharapkan bekerja di luar rumah, kecuali bilamana keadaan finansial memaksanya, dan apabila ini terjadi ia melakukan pekerjaan di bidang pelayanan seperti sebagai perawat, guru, atau sekretaris.

b.    Konsep Egaliterian
Konsep-konsep egaliterian atau persaan derajat menekankan individualitas dan persamaan derajat antara pria dan wanita. Suatu peran harus mendatangkan rasa kepuasan pribadi dan seharusny tidak dinyatakan cocok hanya bagi satu jenis kelmin tertentu saja.
·      Pria
Di rumah maupun di luarnya pria bekerja sama dengan wanita sebagai rekan. Ia tidak merasa dijajh istri apabila ia memprlakukan istrinya sebagai rekan yang sederajat. Brgitu pula ia tidak merasa malu jika istrinya mempunyai pekerjaan yang berprestise atau berpenghasilan lebih besar dari dia.
·      Wanita
Di rumah maupun di luarnya wanita mendapat kesempatan mengaktualisasikan potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan kemampuannya dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak.


J.      Bahaya Personal dan Sosial pada Masa Dewasa Dini
Berbagai bahaya yang bersifat personal dan sosial pada masa dewasa dini berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut yang mengakibatkan seorang individu tampak belum matang dibanding dengan orang dewasa muda lainnya.

Beberapa macam bahaya yang dapa terjadi pada dewasa dini, yaitu:
1.         Bahaya Fisik
Badan yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat diembuhkan atau ditutup-tutupi sama berbahayanya bagi penyesuaian diri pribadi dan sosial pada masa dewasa dini seperti, pada masa kanak-kanak dan remaja. Orang dewasa yang mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk tidak dapat mencapai keberhasilan maksimum mereka dalam pekerjaan atau pergaulan sosial. Sebagai akibatnya, mereka selalu frustasi, makin sering mereka melihat orang yang sebenarnya berpotensi kurang dari mereka berhasil. Apabila rasa frustasi mendorong mereka untuk berusaha terlalu keras dalam persaingan dengan teman seusia yang tidak mempunyai hambatan fisik, maka lambat laun mereka akan mengalami ketegangan mental yang kelak akan mendatangkan serangan jantung.

2.         Bahaya Sosial
Banyak anak dewasa muda  menemui bahaya-bahaya dalam usaha mereka untu menyesuaiakan diri dengan kelompok sosial mereka. Tiga hambatan umum sekali dan sulit diatasi secara tuntas.
Pertama, orang mudah mengalami kesulitan untuk bergabung dengan satu kelompok sosial yang cocok menjadi bagian dari kelompok merupakan salah satu tugas pengembangan masa dewasa dini yang penting.
Kedua, yang mengganggu penyesuaian diri yang baik dengan kehidupan sosial adalah rasa tidak puas denga peran yang harus dimainkannya untuk memenuhi harapan kelompok.
Ketiga, dalam proses penyesuaian sosial adalah faktor mobilitas sosial. Orang yang bermobilitas sosial tinggi menghadapi jauh lebih banyak dilema dibandingkan mereka yang bermobilitas relatif rendah, karena mereka harus menyesuaikan diri dengan berbagai kelompok sosial baru yang memiliki nilai-nilai dan standar perilaku.

3.         Bahaya Peran Seks
Dengan adanya pertentangan mengenai peran seks yang di restui dewasa ini, maka baik konsep tradisional maupun konsep egaliterian mengandung resiko. Konsep peran seks tradisional mempunya pengaruh yang sangat besar pada penyesuaian diri orang muda. Contohnya, seorang pria mungkin akan melakukan berbagai macam upaya untuk membuktikan pada dirinya sendiri dan orang lain bahwa ia benar-benar maskulin. Salah satu caranya, mungkin ia menguras tenaganya dan mengabaikan tanda-tanda bahaya bahwa kesehatannya menurun, karena ia yakin bahwa tidaklah jantan untuk mengkhawatirkan kesehatan atau dia mungkin kurang menghargai sifat-sifat kewanitaan hingga lama kelamaan ia selalu ingin menunjukan superioritasnya dalam hubungannya dengan wanita.  


DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, Elizabeth B., PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, Jakarta : Erlangga edisi kelima Kamus besar bahasa Indonesia, 2002 : 1118


Tidak ada komentar:

Posting Komentar